Ironi Hari Santri: Pesantren Alhudri Wal Ibrah Digusur “Si Raja Bongkar”, Santri Tetap Mengaji

Kabupaten Bekasi — Ironi mewarnai peringatan Hari Santri di Kabupaten Bekasi tahun ini. Di tengah semangat meneladani perjuangan ulama, Pondok Pesantren Alhudri Wal Ibrah di Desa Karangharja, Kecamatan Cikarang Utara, justru menghadapi ujian paling berat: sebagian bangunannya rata dengan tanah akibat kebijakan penertiban bangunan liar yang dijalankan Pemerintah Kabupaten Bekasi.

Kebijakan itu menjadi ciri khas sang Bupati yang kini dijuluki publik sebagai “Si Raja Bongkar.”

Meski begitu, pengasuh pesantren, Insan Kamil, menerima kenyataan itu dengan lapang dada.

“Kita tetap mendukung kebijakan pemerintah. Kalau saya ya, takdir mau diapain,” ujarnya penuh keikhlasan.

Dampak penggusuran cukup besar. Dua ruang asrama dan tiga ruang belajar hilang. Kini, para santri laki-laki tidur di masjid, sementara santri perempuan masih bertahan di kamar masing-masing karena hanya ruang belajar mereka yang terdampak.

“Yang ikhwan sementara tidur di masjid. Kalau yang akhwat masih di kamar masing-masing karena cuma ruang belajarnya aja yang kena,” tutur Insan.

Di tengah kepedihan, semangat para santri tak padam. Mereka memilih membongkar sendiri bangunan tua pesantren agar tidak hancur oleh alat berat.

“Kita cuma pengin yang bongkar kita aja, karena bangunan tua. Takut kalau pakai alat berat semua roboh,” katanya.

Kini, dari reruntuhan itu, Alhudri Wal Ibrah berjuang bangkit. Di atas tiga kavling tanah milik sendiri yang masih tersisa, mereka berencana membangun kembali ruang belajar dan asrama secara bertahap.

“Alhamdulillah dikit-dikit kita beli kavling sampai jadi seperti ini. Nanti kita rapihin, insyaallah kita naikin dua lantai. Mudah-mudahan ada rezeki,” ungkap Insan penuh harap.

Didirikan pada tahun 1998 oleh K.H. Hasan Kholiq, MA, dengan dukungan gurunya K.H. Abdussobur Yahya dan sejumlah tokoh lain, Pondok Pesantren Alhudri Wal Ibrah telah menjadi rumah bagi ratusan santri dan tempat tumbuhnya generasi Islam yang berakhlak mulia di Cikarang Utara.

Meski kini sebagian temboknya runtuh, semangat santri untuk mengaji tak ikut roboh. Mereka tetap belajar, tetap mengaji, dan tetap percaya bahwa dari setiap ujian, Allah menyiapkan jalan kebangkitan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup